Safari Literasi “Dari pelosok untuk Negeri”
Membahas masalah pendidikan tidak akan ada habisnya.
Apalagi persoalan kesenjangan pendidikan yang menjadi masalah klasik yang harus
diselesaikan bersama. Aksi safari
literasi adalah salah satu kegiatan yang diselenggarakan oleh Rumah Baca
Pesisir dengan tema menyemai kasih menua asa. Rumah baca pesisir adalah sebuah
organisasi yang bergerak untuk memajukan literasi dan menebar kebermanfaatan
untuk masyarakat dipelosok negeri. Kegiatan ini dilaksanakan di lingkungan Bulu’rinring,
Desa Bulu Jaya, Kabupaten Jeneponto.
Sebuah perjalanan singkat yang dilatar belakangi rasa
kepedulian. Sebuah potret kelam pendidikan itu terekam jelas dalam ingatan.
sekolah ini tidak memiliki gedung yang layak, fasilitas yang lengkap, guru yang
memadai, sekolah mereka jauh dari kata itu. Aku menyebut tempat belajar mereka
sebagai sekolah kolong rumah.karna sekolah ini tepat berada dibawah kolong
rumah salah satu warga. Sekolah kolong rumah yang luput dari perhatian.
Sekolah di bawah kolong rumah yang sederhana, hanya
ada kursi dan meja,tak ada dindiing sebagai batas untuk mengkelompokan anak
anak sesuai dengan kelas mereka, siswa yang tidak semuanya bisa memakai seragam
sekolah, memakai pakaian biasa yang kadang terlihat lusuh, dan hanya memakai sendal sebagai alas kaki menuju
sekolah. Sekolah ini jauh dari kata layak.
Rupanya tidak hanya fasilitas yang belum memadai ,
masih banyak anak anak disekolah ini yang masih belum sepenuhnya lancar
mengenal huruf, mengenal angka , lancar membaca dan berhitung. Bagaiamana
tidak, kurangnya tenaga pengajar untuk mendidik mereka. Kalaupun mau bersekolah
diluar wilayah tersebut, akses ke sekolah luar itu lumayan jauh apalagi jalanan
yang berlumpur jika hujan turun. Faktor lingkungan keluarga yang kurang
mendukung anak anak untuk bisa bertumbuh, belajar kesekolah dan juga karna
faktor ekonomi.
Hasil dari pertanyaan saya kebeberapa siswa, orang
tua mereka tidak memaksakan mereka untuk bersekolah, entah anak mereka mau
bersekolah atau tidak pilihan itu ada di tangan anak mereka. Orang tua
memberikan kebebasan penuh terhadap anak mereka. karna dari pagi orang tua
mereka sudah menuju ke sawah untuk bertani. Setelah terjun langsung dan berada
di tengah tengah mereka Saya sadar bahwa lingkungan keluarga sangat berperan
penting dalam pembentukan sikap dan karakter anak, lingkungan keluraga adalah
madrasah pertama anak, jiwa anak anak harus di isi dengan perhatian dari orang
tua dan masih banyak para orang tua yang belum sadar akan perannya. Peran orang
tua bukan hanya mencukupi kebutuhan anak, tetapi peran orang tua lebih dari
itu.
Bukan hanya itu, beberaapa anak anak sering
terlambat kesekolah dan alasannya sangat membuat saya merasa iba karna mereka
harus mengangkat air bersih ke rumah
mereka untuk digunakan mandi dan keperluan sehari hari. Sulitnya air membuat
mereka harus melakukan pekerjaan itu setiap hari.
Sebenarnya mereka memiliki sekolah. Namun sekolah
itu telah roboh dalam peristiwa angin kencang, sehingga bangunan sekolah
tersebut rusak dan hanya menyisakan puing puing bangunan. Hasil wawancara dengan
anak kepala lingkungan bahwa sekolah yang telah roboh itu pernah didatangi oleh
pemerintah, namun sampai saat ini tidak ada progres dari pemerintah untuk
memperbaiki sekolah tersebut.
Besar harapan saya anak anak harus terus bersekolah,
semua anak cerdas dan dibekali dengan kemampuan unik nya masing masing. Semua
anak harus memiliki kesempatan yang sama untuk bermimpi dan meraih cita cita
mereka. Dengan pendidikan mereka bisa membuat suatu perubahan. Walaupun saat
ini mereka tengah dibenturkan dengan kenyataan bahwa mimpi mereka harus tawar
menawar dengan rupiah.
Banyak pembelajaran disetiap perjalanan yang membuat kita perlu banyak bersyukur dan sadar bahwa masih banyak tangan tangan yang butuh diulur. Perjalanan ini adalah sebuah proses belajar sambil berkontribusi. Rasanya bukan kita yang menjadi seorang pengajar, tapi kitalah yang banyak belajar dari mereka semua. Semoga kita semua bisa sama sama terlibat dalam mengatasi buta literasi.Ada satu kutipan kalimat yang saya suka dalam buku Guru mendidik itu melawan yaitu “ketika kita berbagi pengetahuan sama saja kita mendidik perlawanan. Perlawanan untuk melawan kebodohan".
Tugas kita saat ini adalah meyakinkan mereka bahwa
mereka pantas memiliki cita cita. Dan jangan hidup dalam pemikiran bahwa orang
miskin tidak boleh bermimpi apalagi bersekolah. Sebuah tulisan singkat yang
saya buat dengan harapan agar kita sama sama sadar bahwa kita harus peduli
terhadap lingkungan terdekat kita, sebagai manusia sudah seharusnya saling
membantu.
Terimakasih telah membaca, TRUELOVEE21😍
Komentar
Posting Komentar